KETAPANG, MENITNEWS.id – Ratusan kepala desa se-kabupaten Ketapang bersama camat, termasuk kepala Puskesmas berkumpul di Hotel Borneo Ketapang, Senin (4/9). Mereka menghadiri rapat koordinasi percepatan penurunan stunting yang digelar Pemerintah Kabupaten Ketapang melalui Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana.
Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Ketapang, Farhan, mengatakan pertemuan besar ini digelar guna memecahkan masalah yang selama ini menjadi kendala dalam upaya penurunan stunting. “Sejak Januari hingga awal September ini, kami melakukan evaluasi. Kami menemukan kelemahan dari segi pelaporan,” ujar Farhan usai membuka rapat tersebut.
Wakil Bupati Ketapang tersebut mengaku, masalah itu tidak serta merta menjadi kelalaian ketua TPPS di tingkat desa maupun kecamatan, namun lebih ke arah infrastruktur pendukung, sehingga terjadi keterlambatan pelaporan.
“Jadi, kami harap usai rapat ini, kita harus satu persepsi. Harus rajin melaporkan data yang dibutuhkan kabupaten. Contoh, banyak pun ibu hamil yang memeriksakan diri ke posyandu, tapi kalau tidak ada laporannya, itu semua sia-sia. Stunting tak turun-turun,” papar Farhan.
Farhan menerangkan, data stunting Kabupaten Ketapang hingga Juli 2023 berada di angka 21,3 persen. Sejak tahun 2021, Kabupaten Ketapang hanya mampu menurunkan stunting rata-rata satu persen per tahun. “Jika melihat dari evaluasi tiga tahun ke belakang, itu menjadi beban berat. Sementara tugas kita harus menurunkan tujuh persen agar stunting menjadi 14 persen sesuai target nasional di tahun 2024,” ujar Farhan.
Menurut Farhan upaya pencegahan, menjadi salah satu indikator terbesar dalam sumbangsih penurunan angka stunting. Namun, intervensi kepada anak yang menderita stunting juga perlu dilakukan.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Ketapang, Albertin Tri Kurniasih, menjelaskan rapat besar ini bertujuan agar seluruh kepala desa termasuk camat dapat melaporkan secara rutin indikator keberhasilan kinerja percepatan pencegahan dan penurunan stunting.
“Kami juga berharap para kepala desa ini dapat menyisihkan dana desa untuk upaya penanganan dan penurunan stunting. Kalau di tingkat desa kan anak yang berpotensi atau yang stunting kan tidak banyak,” papar Asih.
Asih juga berpesan kepada para ibu-ibu yang memiliki balita agar memperhatikan pola asuh yang baik. Memberikan gizi seimbang kepada anaknya. Seperti protein nabati maupun hewani, buah dan sayur. “Untuk mencegah resiko stunting, dianjurkan mengkonsumsi dua butir telur sehari untuk anak balita, kalau anak ngak suka telur, ibu-ibu harus kreatif, misalnya kuning telur diolah atau dicampur ke makanan lain,”pungkasnya. (*)